STEAMER BAGLOG DARI POLINEMA BANGKITKAN USAHA BUDI DAYA JAMUR WARGA DUSUN

Sempat nyaris bangkrut, Omah Jamur NKRI yang dikelola warga kini berhasil bangkit kembali berkat sentuhan teknologi steamer baglog dari Politeknik Negeri Malang.


Omah Jamur NKRI bisa dibilang merupakan salah satu unit usaha sosial yang dikelola secara bersama oleh warga di Dusun Klandungan RT 01 RW 09, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setiap harinya, Omah Jamur ini memproduksi sekitar 15 kilogram jamur tiram hasil budi daya yang dilakukan secara bersama-sama oleh warga dusun.

“Memang masih belum terlalu banyak produksinya, tapi lumayan untuk menambah penghasilan warga ataupun sebagai bahan pangan untuk sumber protein warga,” kata Ketua Omah Jamur NKRI, Abdul Razak Mufti, beberapa waktu lalu. 

Selain produksi jamur tiram segar, warga Dusun Klandungan juga memproduksi aneka olahan jamur seperti abon jamur dan keripik jamur. Biasanya, jamur tiram hasil panen yang kurang baguslah yang akan diolah oleh para warga dusun sehingga warga menjadi lebih produktif dan memiliki tambahan penghasilan.

Menurut Rozak, aktivitas budi daya jamur tiram oleh warga ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2016 lalu. Razak adalah pelopornya. Usaha jamur ini memang tidak terlalu banyak, hanya beberapa kumbung atau rumah jamur saja. 

Akan tetapi, usaha budi daya jamur tiram yang dikelola secara sosial oleh warga ini tidak berlangsung lama. Usaha budi daya jamur tiram ini hanya mampu bertahan sekitar empat tahun saja. Penggunaan teknologi yang masih konvensional untuk proses sterilisasi baglog jamur membuat usaha ini tidak berjalan mulus, bahkan nyaris bubar jalan.

“Dulu itu nggak nutup antara hasil jualan sama biaya produksinya karena memang alat  yang kami gunakan itu masih tradisional, masih konvensional,” kata Razak.

Saat itu, budi daya yang dikelola oleh Razak tersebut masih menggunakan teknologi steamer dengan menggunakan kayu bakar. Akibatnya, proses sterilisasi baglog harus memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar delapan jam untuk satu kali proses. Selama proses sterilisasi juga harus ada tenaga khusus untuk memastikan kayu bakar tidak habis dan api tidak mati.  

Kondisi pandemi, lanjut Razak, semakin menyulitkan usaha budi daya jamur tiram warga ini. Usaha bersama ini bahkan sempat benar-benar berhenti beroperasi. 

“Sampai akhirnya kemudian kami mendengar akan ada bantuan alat dari steamer baglog dari Polinema,” kata Razak. 

Kehadiran steamer baglog yang dirancang oleh para dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema), menurut Razak, benar-benar menjadi angin segar untuk usaha budi daya jamur tiram mereka ini. Kehadiran alat ini mampu menghemat biaya produksi jamur tiram hingga 18 persen. Sentuhan teknologi dari Polinema juga mampu menghemat waktu dan mengurangi biaya untuk tenaga kerja. 

“Kalau dulu kan harus ada satu orang yang khusus menjaga tungku 8 jam. Tapi sekarang kan begitu dinyalakan, bisa kita tinggal karena semua sudah serba otomatis,” kata Razak.

Pengabdian Masyarakat 

Steamer baglog sendiri merupakan tempat kukusan yang umumnya berbentuk bejana dengan tekanan tertentu yang berperan sebagai media penyimpanan uap panas yang dihasilkan dari boiler uap/ketel uap sehingga dapat mensterilkan baglog jamur. Selain boiler jamur, steamer baglog jamur juga mempunyai peran penting bagi usaha budidaya jamur. Dengan menyimpan dan menahan uap panas yang merata maka hasil dari sterilisasi baglog akan sempurna. 

Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo, mengatakan bahwa ide pengembangan steamer baglog sebenarnya merupakan ide bersama antara teman-teman dosen di kampus Polinema dan juga beberapa mahasiswa dalam rangka kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatannya itu sendiri sebenarnya sudah dilakukan sejak 2021 lalu,  saat masa pandemi. 

“Tapi alhamdulillah sampai saat ini alat itu masih digunakan oleh warga dan kegiatan budi daya jamur tiram itu juga masih berlangsung sampai saat ini,” kata Supriatna. 

Menurut Supriatna, pemilihan Omah Jamur NKRI sendiri bukan tanpa alasan. Kegiatan yang dilakukan oleh warga dusun tersebut dinilai Supriatna sangat sarat nilai penanaman karakter yang bagus. Apalagi saat itu adalah masa pandemi, di mana banyak pihak yang terpukul secara ekonomi.

“Jadi, kegiatan warga ini lebih pada usaha sosial. Warga bisa memanen sendiri kemudian uangnya diletakkan di “kotak kejujuran”, jadi, di situ ini ada semacam upaya menanamkan karakter juga,” kata Supriatna.

Akan tetapi, sangat disayangkan usaha bersama yang sarat nilai karakter tersebut nyaris mati suri karena sejumlah kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah penggunaan steamer yang masih konvensional, yakni masih memanfaatkan kayu bakar. Baglog yang digunakan juga terkadang masih harus mengambil dari pihak lain sehingga bisa menghambat produksi jamur tiram.

“Dari situlah kami berpikir dan berdiskusi. Kami mencoba mencari solusi. Kita urai satu persatu dari hulu sampai ke hilirnya. Pertama yang kami lakukan adalah bahwa bahan baku untuk energi kami ganti dan kami pilih dengan elpiji yang mudah diperoleh dimana-mana,” kata Supriatna.

Pemilihan elpiji tidak hanya karena sisi keekonomiannya saja, tetapi juga pada faktor lingkungan. Penggunaan kayu bakar para proses sterilisasi bisa mengancam kelangsungan lingkungan. Hasil pembakaran kayu pada proses tersebut juga menghasilkan zat karbon yang juga bisa mencemari udara.

Selain mengubah bahan bakar dari kayu bakar menjadi elpiji, tim dari Polinema juga merancang streamer dengan empat tungku yang berbeda dari streamer eksisting yang masih menggunakan satu tungku saja. Dengan demikian, proses sterilisasi baglog jamur menjadi lebih efektif dan efisien.

Polinema juga menambahkan sentuhan teknologi tepat guna dengan mengembangkan alat kontrol yang mampu untuk melakukan monitoring terkait dengan suhu efektif yang ada dalam streamer. “Dalam teorinya itu kan ada di suhu antara 100 sampai 120 derajat celsius, sehingga kita tambahkan kontrol untuk menjaga suhu tetap di 100 derajat celsius ini,” kata Supriatna.

Kontrol suhu yang stabil membuat penggunaan gas juga rupanya menjadi lebih efisien. Hasilnya, untuk satu kali proses sterilisasi warga paling hanya membutuhkan sekitar empat kilogram gas atau satu tabung gas melon.

Masih menurut Supriatna, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, selain melibatkan para dosen lintas jurusan, mahasiswa juga turut terlibat. “Karena kami ingin membiasakan mahasiswa untuk menjadi agen problem solver untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat.” 

Saat ini, warga Dusun Klandungan tidak hanya mampu memproduksi jamur tiram yang jauh lebih efisien dengan teknologi tepat guna yang dikembangkan Polinema. Dengan alat steamer baglog berkapasitas 320 baglog tersebut pun proses budi daya akan lebih terjamin kontinuitasnya. 

Di sisi lain, mahasiswa juga mulai mengembangkan teknologi streamer baglog dengan menambahkan aspek-aspek teknologi yang lebih spesifik, seperti sisi kontrol cerdas yang memungkinkan agar teknologi streamer baglog ini bisa dikembangkan ke ranah komersialisasi di masa depan.

Polinema juga menambahkan sentuhan teknologi tepat guna dengan mengembangkan alat kontrol yang mampu untuk melakukan monitoring terkait dengan suhu efektif yang ada dalam streamer. “Dalam teorinya itu kan ada di suhu antara 100 sampai 120 derajat celsius, sehingga kita tambahkan kontrol untuk menjaga suhu tetap di 100 derajat celsius ini,” kata Supriatna.

Kontrol suhu yang stabil membuat penggunaan gas juga rupanya menjadi lebih efisien. Hasilnya, untuk satu kali proses sterilisasi warga paling hanya membutuhkan sekitar empat kilogram gas atau satu tabung gas melon.

Masih menurut Supriatna, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, selain melibatkan para dosen lintas jurusan, mahasiswa juga turut terlibat. “Karena kami ingin membiasakan mahasiswa untuk menjadi agen problem solver untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat.” 

Saat ini, warga Dusun Klandungan tidak hanya mampu memproduksi jamur tiram yang jauh lebih efisien dengan teknologi tepat guna yang dikembangkan Polinema. Dengan alat steamer baglog berkapasitas 320 baglog tersebut pun proses budi daya akan lebih terjamin kontinuitasnya. 

Di sisi lain, mahasiswa juga mulai mengembangkan teknologi streamer baglog dengan menambahkan aspek-aspek teknologi yang lebih spesifik, seperti sisi kontrol cerdas yang memungkinkan agar teknologi streamer baglog ini bisa dikembangkan ke ranah komersialisasi di masa depan. (Nan/Cecep Somantri)

Sumber : https://www.vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/steamer-baglog-dari-polinema-bangkitkan-usaha-budi-daya-jamur-warga-dusun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *